SINARMETRO.COM | Pontianak - Memperingati tragedi 30 September kelam, sejumlah aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Pengemban Amanat Rakyat (Solmadapar) dan Kamisan menggelar aksi unjuk rasa damai di Bundaran Tugu Digulis Untan Pontianak Kamis (30/09/21).
Dalam aksi unjuk rasa ini sejumlah mahasiswa membawa sejumlah sepanduk dan pengeras suara untuk menyampaikan aspirasi. Aksi unjuk rasa inipun mendapatkan pengawalan dari Kepolisian Polresta Pontianak
dari Unit Satlantas dan intelkam.
Humas Solmadapar Ikram Hasrul mengatakan, aksi yang digelar oleh Solmadapar hari ini untuk menolak lupa tragedi kelam 30 September, tragedi berdarah, tragedi hitam dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Dimana kata dia ada rentetan pelanggaran HAM yang belum terungkap.
" 30 September merupakan tragedi peristiwa kelam yang diduga telah terjadi adanya pelanggaran HAM. Namun belum terungkap, salah pelanggaran HAM yang terjadi di Kalbar adalah aktivis Mahasiswa Politekhnik Negeri Pontianak, Almarhum Syafarudin menjadi korban diduga ditembus timah panas saat menyampaikan aspirasi pada Tahun 2000. Dan hingga saat ini pelaku dan yang menjadi dalang belum terungkap,"ujar Ikram pada Kamis, 30 September 2021.
Ikram pun mengatakan, bahwa pemerintah terkonotasi tutup telinga dan mata atas peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi di 30 September. "Kami mengonotasikan bahwa pemerintah tutup telinga dan tutup mata terkait kasus kasus pelanggaran HAM,"ujarnya.
Lebih lanjut kata Ikram, di momen 30 September Solmadapar dan Kamisan telah membuka posko pengaduan pelanggaran HAM di Bundaran Tugu Digulis Untan Pontianak selama dua terhitung sejak hari ini. "Apabila ada masyarakat yang melihat atau menjadi korban pelanggaran HAM bisa melapor ke Posko dan laporan tersebut akan di folowup ke tahap berikutnya,"tutupnya.(Tim.Liputan.Is/Defri)