SINARMETRO.COM | JAKARTA - Hari cuci tangan pakai sabun se dunia yang diperingati setiap tanggal 15 Oktober 2021 mempunyai momen penting, karena seluruh dunia secara global masih mengalami pandemi covid dan tidak luput setiap negara sedang menyikapi untuk beradaptasi pada perubahan iklim.
Mencuci tangan dengan bersih memakai sabun pada air yang mengalir merupakan salah satu dari disiplin Protokol Kesehatan pada pencegahan pandemi covid-19, selain menggunakan masker, menjaga jarak serta menghindari kerumunan.
Prof. Dr Arif Summantri, SKM.,M.Kes., dalam keterangan pers mengatakan bahwa, Pemanfaatan air bersih yang mengalir diantaranya untuk cuci tangan pakai sabun sepanjang tahun 2020 selama pandemi covid-19 terjadi peningkatan dari 995 liter hingga 1.415 liter per hari per rumah tangga. Angka tersebut meningkat dari kebutuhan air pada kondisi normal yang hanya mencapai 415 liter hingga 615 liter per hari per rumah tangga.
"Saat ini peringatan cuci tangan pakai sabun se dunia memberikan pesan penting pada masyarakat, Pertama Kesehatan tangan melalui cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku preventif sederhana yang berdampak besar pada pencegahan pandemi covid-19, Kedua cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir menjadi urgen dan perhatian serius semua elemen masyarakat untuk menjaga kelangsungan dan ketersediaan air bersih dari pengaruh perubahan iklim," kata Prof. Arif Summantri, Senin (11/10/21).
Dijelaskannya, Pertama kali hari cuci tangan sedunia dilaksanakan pada tahun 2008, diinisiasi oleh Global Public Private Partnership for Handwashing with Soap (PPPHW). Peringatan hari cuci tangan sedunia (Global Handwashing Day) bertujuan untuk mengedukasi secara nyata manfaat cuci tangan pada masyarakat secara global yang masih menghadapi pandemi covid-19.
Pada saat ini peringatan tersebut menjadi pengingat yang kuat pada masyarakat bahwa cuci tangan adalah hal yang paling sederhana berdampak besar pada pencegahan penyebaran virus dan memastikan dari tangan yang bersih dapat menyehatkan dan mengamankan masyarakat dari pandemi covid-19 dan perubahan iklim.
Fakta penting dari kajian PPPHW yang menjadi esensi pada setiap peringatan cuci tangan sedunia yaitu ; Sebanyak 80% wabah penyakit menular ternyata menyebar ke orang lain melalui sentuhan tangan, Mencuci tangan dengan air yang mengalir dapat mengurangi diare 30-40%, Mencuci tangan dengan sabun secara benar dan teratur dengan air yang mengalir akan meminimalkan kemungkinan risiko infeksi covid-19 sebesar 36 %.
Berdasarkan kajian Indonesia Water Institute (IWI) tahun 2021 aktifitas mencuci tangan menggunakan air bersih di masa pandemi covid-19 melonjak 20 liter hingga 25 liter per orang per hari.
Pertambahan penduduk dan polusi lingkungan berpengaruh sangat besar terhadap ketersediaan air bersih. Suatu negara dikatakan sedang mengalami water stress jika suplai air tahunan kurang dari 1,700 m3 per orang, jika suplai air tahunan kurang dari 1.000 m3 per orang maka akan mengalami water scare.
Upaya perlindungan (konservasi) kelangsungan dan ketersediaan air bersih menjadi perhatian yang sangat serius bagi semua pihak sebagai upaya mendukung ketersediaan air bersih untuk cuci tangan serta mengantisipasi kelangkaan ketersediaan air pada tahun 2025 sebagai pengaruh dari perubahan ekosistim dan iklim.
Upaya pencegahan pandemi covid-19 dan adaptasi perubahan iklim harus disikapi dengan perhatian serius dari semua pihak, dalam menjaga kelangsungan dan ketersediaan air bersih untuk cuci tangan sebagai perilaku sederhana tapi berdampak besar bagi Kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Untuk tercapainya target keenam dari pembangunan berkelanjutan (SDG’s 2030) diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak serta adil untuk semua.
Memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi, meminimalisir pembuangan bahan kimia dan materi berbahaya, meningkatkan penggunaan air secara efisien dan memastikan kelangsungan dan ketersediaan air untuk mengatasi kelangkaan air bersih pada tahun 2025.
Pertumbuhan penduduk sekitar 321 juta jiwa, tidak sebanding dengan ketersediaan air dan perilaku masyarakat yang boros air, sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih pada tahun 2025.
"Pesan edukasi dari hari cuci tangan sedunia, diharapkan dapat menumbuhkan perilaku penggunaan air secara optimal melalui peran ibu dalam rumah tangga, sebagai model perubahan perilaku keluarga dalam penggunaan air bersih dengan cara pengurangan, penggunaan Kembali dan pelestarian air," terang Prof. Arif Summantri.
"Melestarikan air untuk kehidupan anak dimasa depan dapat dimulai perlahan dalam keseharian ibu sebagai model perubahan perilaku dalam menghemat yang dapat mudah di contoh dan diikuti oleh anggota keluarga yang lain," tambahnya.
Demikian pula secara institusional peran Lembaga Pendidikan Agama diantaranya Pondok Pesantren, melalui para Kiyai dan Santri sangat besar pengaruhnya pada masyarakat dalam menerapkan Pengurangan, Penggunaan dan Pelestarian air dalam kegiatan ibadah.
"Pada hari cuci tangan sedunia tahun 2021, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia mendapatkan kepercayaan melalui kemitraan dengan Kementerian Kesehatan untuk menyelengarakan hari cuci tangan sedunia, melalui pemecahan rekor MURI pada Gerakan disiplin protokol Kesehatan di lokasi terbanyak dalam menyambut hari Cuci tangan sedunia tahun 2021," imbuhnya.
"Masyarakat berpartisipasi dalam bentuk pembuatan dan pengiriman video kreatif dengan mempraktekan sebelas langkah cuci tangan pakai sabun, memakai masker dan lima tahapan pengelolaan limbah masker sekali pakai dihadapan setidaknya 3-5 orang masyarakat yang mendengarkan," kata Prof. Arif Summantri.
Hari cuci tangan sedunia menjadi refleksi kepada kita semua tentang pentingnya air bersih untuk mencuci tangan dengan sabun sebagai salah satu upaya pencegahan pandemi covid-19, serta sudah saatnya untuk lebih sinergis pada semua elemen masyarakat dalam beradaptasi pada perubahan iklim, untuk perlindungan (konservasi) air melalui kelangsungan dan ketersediaan air bersih yang sehat dan aman. (Andri)