Sejumlah situs sejarah ditemukan oleh Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di dua sawah milik petani. Situs berupa struktur tumpukan batu bata berukuran besar tersusun menyerupai pagar berada di tengah area lahan tanaman padi di Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur.
Petugas BPCB Trowulan-Mojokerto, Nugroho Harjo Lukito mengatakan dari hasil ekskavasi ditemukan situs berupa pagar hunian dari batubata besar serta serpihan peralatan dapur di era kerajaan Majapahit.
“Eskavasi di area persawahan tanaman padi, tim kembali menemukan struktur bangunan berupa tumpukan bata yang diduga sebagai dasar pagar sekat hunian. Dari interprestasi awal dimungkinkan merupakan pagar situs hunian atau pemukiman bangsawan pada abad 13 di era kerajaan majapahit,” terang Petugas BPCB Trowulan-Mojokerto, Nugroho Harjo Lukito kepada Sariagri, Senin (14/2).
Selain itu, dari hasil ekskavasi di tiga lokasi galian area pertanian padi, petugas juga mendapatkan pecahan-pecahan gerabah dan perabot rumah tangga serta tulang binatang.
“Dugaan sementara ini hunian pada ruang dapur karena dikuatkan dengan temuan gerabah rumah tangga, perabotan kuno dan serpihan tulang belulang binatang,” imbuhnya.
Sementara itu, tim BPCB Jawa Timur melakukan ekskavasi di tengah kebun tebu milik petani di Dusun/Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
“Hasil ekskavasi dibawah sebuah gundukan tanah atau cegumuk, yang berada di tengah perkebunan tebu milik petani, ditemukan sebuah bangunan candi terbuat dari batu bata, dengan dimensi 8 kali 8 meter,” tutur Ketua tim ekskavasi BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho.
Bangunan candi ini ditemukan di sisi barat dan utara. Diduga, candi bergaya Mataram Hindu Jawa Tengah ini, berasal dari awal abad ke-10 Masehi, tepatnya tahun 929, era pemerintahan Mpu Sindok.
Bangunan candi diperkirakan memiliki hubungan dengan prasasati lingga suntan yang berada Dusun Lowokjati, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
“Prasasti lingga sutan ada sejak tahun 929, yang lokasinya berjarak dua kilometer dari Desa Srigading ini,” kata dia.
Wicaksono menyebut banguna candi ini, tidak berorientasi pada arah utara kompas, seperti layaknya candi Hindu pada umumnya.
Namun, lebih mengarah kepada empat penjuru gunung, masing masing arjuno disisi barat, dan semeru di sisi timur, Bromo di utara dan Pegunungan Kawi di selatan. Selain bangunan candi yang berfungsi sebagai tempat pemujaan tokoh yang didewakan, di sini tim arkeolog juga menemukan 2 buah benda mirip dengan yoni, sebuah fragmen relief dinding candi, serta atap tempat penyimpanan arca.
“Proses ekskavasi di candi Desa Ssrigading, bakal diteruskan untuk menentukan posisi depan candi berupa rangkaian sejumlah anak tangga yang menjadi arah depan, yang diduga terletak di sisi timur,” tandasnya.